TULISAN 3
AWAL MULA PERMUSUHAN TEH JAK VS VIKING
Perseteruan antar suporter Persija dan Persib sudah berlangsung lama, tepatnya sejak tahun 2000 yaitu bertepatan dengan Liga Indonesia 6 berlangsung. Di putaran 1 sekitar 6 buah bis suporter Persib datang ke Lebak Bulus dan masuk ke Tribun Timur. Dan terdiri dari banyak unit suporter seperti Balad Persib, Jurig, Stone Lovers, ABCD, Viking dll. Saat itu yang terbesar masih Balad Persib. Meski sempat nyaris terjadi gesekan dengan the Jakmania, tapi alhamdulilah tidak terjadi bentrokan yang lebih luas. Justru kita suporter Persib bergerak ke arah the Jakmania tuk berjabat tangan. Gw inget banget yel-yel kita waktu itu : “ABCD … Anak Bandung Cinta Damai”. Selesai pertandingan suporter Persib juga didampingi the Jakmania menuju bus. Dan The Jakmania mengikuti dengan menyanyikan lagu Halo Halo Bandung.
Penerimaan
the Jakmania membuat kita (Viking) berniat tuk mengundang datang ke Bandung
saat putaran 2. Dialog berlangsung lancar karena seorang Pengurus the Jakmania
yang bernama Erwan rajin ke Bandung tuk bikin kaos. Hubungan Erwan dengan Ayi
Beutik juga konon akrab banget sampe2 Erwan pernah cerita kalo dia suka sama
adiknya Ayi Beutik. Melalui Erwan jugalah Viking menyatakan keinginannya tuk
mengundang dan menyambut the Jakmania di Bandung meski kita sendiri masih khawatir
dengan sikap bobotoh yang lain.
The Jakmania
saat itu belum sebesar sekarang. Yang nonton di Lebak Bulus aja cuma di sisi
Selatan tribun Timur. Jadi bersebelahan dengan Viking. Nah ajakan Viking itu
langsung ditanggapi oleh the Jakmania yg memang sudah punya niat jg tuk
melakoni partai tandang. Dibentuklah kemudian perencanaan, salah satunya dengan
mengutus Sekum dan Bendahara Umum the Jakmania saat itu yaitu Sdr Faisal dan
Sdr Danang. Mereka ditugaskan tuk melobi Panpel Persib dari mulai masalah tiket
hingga tribun the Jakmania. Kebetulan Danang lagi kuliah di Bandung sehingga
tempat kosnya jadi tempat kumpulnya the Jakers disana.
Karena The
Jakmania belum berpengalaman mengkoordinasikan anggota tuk nonton tandang.
Justru yang menjadi masalah justru bukan di koordinator kepada Panpel Persib
tapi di anggota The Jakmania itu sendiri. Banyak anggota yang bandel daftar
pada hari H nya. Jumlah yang tadinya cuma 400 orang berkembang menjadi 1000
orang lebih! Bayangin gimana repotnya Pengurus The Jakmania nyari bis tuk
ngangkut segitu banyak orang. Akibatnya The Jakmania berangkat baru jam 12
siang! Itu juga terpecah menjadi 3 rombongan. Satu bis berangkat lebih dulu
karena akan ganti ban. Disusul 4 bus kemudian. Dan terakhir berangkat dengan 4
bus tambahan.
Keberangkatan The Jakmania sendiri juga masih diliputi keraguan apakah dapat tiket atau tidak. Tim Advance yang diutus mendapatkan kesulitan mencari tiket. 4 hari sebelum pertandingan terjadi kerusuhan di stadion Siliwangi akibat distribusi tiket yang kurang lancar. Ada seorang Vikers yang menganjurkan the Jak tuk hadir di acara khusus pertemuan tim dengan suporternya. Faisal, Danang dan Budi ambil keputusan tuk hadir di acara itu. Disana mereka sempat bertemu Walikota Bandung, Kapolres, Ketua Panpel dan Ketua Keamanan. Mereka semua menjamin bahwa the Jakmania akan bisa masuk dan tiket akan disiapkan khusus. Paling tidak itulah info yang gw dapet dari tim Advance The Jakmania.
Keberangkatan The Jakmania sendiri juga masih diliputi keraguan apakah dapat tiket atau tidak. Tim Advance yang diutus mendapatkan kesulitan mencari tiket. 4 hari sebelum pertandingan terjadi kerusuhan di stadion Siliwangi akibat distribusi tiket yang kurang lancar. Ada seorang Vikers yang menganjurkan the Jak tuk hadir di acara khusus pertemuan tim dengan suporternya. Faisal, Danang dan Budi ambil keputusan tuk hadir di acara itu. Disana mereka sempat bertemu Walikota Bandung, Kapolres, Ketua Panpel dan Ketua Keamanan. Mereka semua menjamin bahwa the Jakmania akan bisa masuk dan tiket akan disiapkan khusus. Paling tidak itulah info yang gw dapet dari tim Advance The Jakmania.
1 bis
pertama tiba di Stadion Siliwangi. Viking siap menyambut dan mempersilahkan
masuk ke stadion, padahal tiket belum di tangan. Sayang hal yang dikhawatirkan
Viking terbukti. Perlahan tapi makin lama makin banyak datanglah bobotoh
nyamperin the Jak dengan sikap yang tidak simpatik. Melihat gelagat buruk ini
Viking minta the Jak tuk keluar dulu ke stadion sambil menunggu rombongan
berikut. Sembari menunggu, gw dan beberapa rekan dari The Jakmania ada yang
melaksanakan sholat ashar dulu. Ketika selesai sholat, mulailah terjadi hal2
yang tidak diinginkan. Rekan2 kita dari the Jakmania mendapatkan pukulan disana
sini dengan menggunakan kayu. Salah satunya tersungkur berlumuran darah yang
keluar dari kepalanya. Melihat situasi ini the Jakmania kembali diungsikan
menjauh dari stadion.
Rombongan
besar 8 buah bis akhirnya tiba juga. Tapi karena terlambat, stadion Siliwangi
sudah penuh sesak. Lagipula kita tetap tidak berhasil mendapatkan tiket. Panpel
memang kelihatan salah tingkah dan berusaha mengumpulkan dari calo2 yang masih
beredar di sekitar stadion, namun jumlahnya juga tidak memadai hanya 300
lembar. Sementara bobotoh yang masih berada di luar juga mulai melakukan
serangan terhadap the Jakmania. Gw sempet coba menenangkan dan cekcok dengan
seorang rekan bobotoh yang ngambil dengan paksa kacamata anggota The Jakmania.
Bobotoh itu bilang kalo dia kesal sama anak Jakarta karena mereka juga
diperlakukan dengan tidak simpatik di Jakarta ketika menyaksikan pertandingan
Persijatim vs Persib di Lebak Bulus. Bobotoh tidak mau tau kalo Persijatim tu
beda dengan Persija. Seingat gw kejadian ini sempat direkam foto oleh wartawan
dari Tabloid GO dan terpampang jelas esoknya di media tersebut.
Gw lalu
ngambil inisiatif tuk nyari rombongan pertama the jakmania yang dateng duluan
dan mengajak mereka tuk gabung ke rombongan besar. Disana gw minta maaf ke
semua anggota The Jakmania karena gagal membawa rombongan sampai masuk ke
stadion dan pulang dengan aman. Di situ dari Panpel juga sempat minta maaf.
Namun kondisi ini tidak bisa diterima oleh seluruh rombongan The Jakmania,
bahkan mereka juga tidak mau berjabat tangan dengan gw dan 2 orang Viking
lainnya yang masih setia mengawal meski pertandingan sudah berlangsung.
Ketika
rombongan hendak pulang, tiba2 The Jakmania diserang lagi oleh bobotoh yang
masih nunggu di luar stadion. Kondisi ini jelas tidak bisa diterima oleh The
Jakmania. Sudah ga bisa masuk masih juga diserang. Akhirnya The Jakmania balas
perlakuan mereka (Oknum Bobotoh). Jumlah bobotoh di luar stadion masih ratusan
sehingga terjadilah bentrokan yang mengakibatkan pecahnya kaca2 mobil akibat terkena
lemparan dari kedua kubu. Ketika polisi datang, keributan mereda dan the
Jakmania mulai beranjak pulang. Sempat pula terjadi bentrok beberapa kali
ketika rombongan berpapasan dengan bobotoh yang pulang karena tidak kebagian
tiket.
Sejak saat
itulah api dendam dan permusuhan terus berkobar di kedua belah pihak. Puncaknya
di acara Kuis Siapa Berani di Indosiar. Acara ini diprakarsai oleh Sigit
Nugroho wartawan Bola yang terpilih menjadi Ketua Asosiasi Suporter Seluruh
Indonesia.
Sayang bentrokan ternyata ga bisa dihindari. Bukan gw memihak tapi faktanya memang Viking yang mulai. Mereka neriakin yel2 “Jakarta Banjir” yang dibales juga oleh the Jak. Suasana memanas hingga akhirnya terjadi benturan fisik.
Sayang bentrokan ternyata ga bisa dihindari. Bukan gw memihak tapi faktanya memang Viking yang mulai. Mereka neriakin yel2 “Jakarta Banjir” yang dibales juga oleh the Jak. Suasana memanas hingga akhirnya terjadi benturan fisik.
Letak
Indosiar di Jakarta, jadi ga heran pelan2 berdatanganlah para suporter Persija
kesana. Suasana sudah tidak terkendali dan atas inisiatif Polisi dan Indosiar,
Viking langsung diungsikan dengan menggunakan truk Polisi. Namun kejadian ini
ternyata dah menyebar luas kemana-mana hingga akhirnya terjadilah penyerangan
terhadap rombongan Viking di tol Kebon Jeruk.
Gw juga
heran gimana Viking menyatakan klo hadiah menang kuis dirampok the Jak padahal
hadiah itu kan belum diserahkan pihak Indosiar. Hadiah itu pun sampe sekarang
ga kita terima. Saat itulah nama the Jakmania menjadi buruk. Di mata media the
Jakmania tidak menerima kalah sehingga menyerang. Opini sudah terbentuk dan
masyarakat di Bandung juga ikutan menghujat, sementara di Jakarta menyayangkan.
Semenjak
terjadi permusuhan dengan the Jakmania, apalagi setelah kejadian Indosiar,
Viking berkembang pesat menjadi suporter yang dominan di Bandung. Mereka terus
menebarkan kebencian ke the Jak dengan mengeluarkan kaos2 dan lagu2 yang
bersifat menghujat the Jak. Reaksi anggota the Jakmania juga heboh. Mereka
rame2 bikin kaos yang balas menghujat Viking.
Sikap ini
justru malah mengobarkan api kebencian suporter Persija terhadap Viking.
Sehingga the Jakers banyak yang benci mereka bukan karena tau kejadian awalnya,
tapi karena mereka ga suka dikata-katain terus. Belakangan Komisi Disiplin
mengeluarkan larangan akan hal-hal seperti ini. Terlambat! Dan penerapannya
juga ga konsisten, masih banyak yang tetap melakukannya, bukan hanya Viking
atau the Jakmania tapi hampir di semua stadion di Indonesia.
Sebetulnya
ada juga pihak2 yang mengusahakan perdamaian. Panpel Persib pernah berinisiatif
mempertemukan the Jakmania dan Viking di Bandung. Tapi pertemuan tersebut buntu
karena tidak ada niat dari Heru Joko tuk berdamai.
Perseteruan
makin melebar. Semakin banyak Viking yang masuk ke website the Jakmania dan
menebarkan virus kebencian … semakin banyak dan besarlah kebencian the Jakers
ke mereka. Bahkan Panglima Viking Ayi Beutik sempat mengeluarkan pernyataan tuk
menjaga kelestarian permusuhan ini seperti Barcelona dan Real Madrid.
Sekarang
permusuhan the Jakmania kontra Viking menjadi warna tersendiri bagi sepakbola
Indonesia. Seorang sutradara tertarik menjadikan perseteruan ini sebagai
inspirasi dalam filmnya yang berjudul ROMEO & JULIET. Di tengah
perseteruan, Viking justru kompak untuk menolak film ini dengan alasannya
masing2. Ketua Viking dengan didukung anggotanya membuktikan ucapannya dengan
menggagalkan pemutaran film ini. Sementara di Jakarta justru sebaliknya, meski
pimpinan menyatakan akan menuntut tapi toh hampir semua bioskop2 di jabodetabek
dipenuhi oleh The Jakmania yang memang sudah ga sabar menanti film ini diputar.
Nah, itulah
kisah panjang tentang permusuhan 2 kelompok suporter besar di Indonesia, paling
engga dari kacamata gw. Tulisan ini dibuat atas permintaan seorang bobotoh yang
penasaran dengan sebab musabab permusuhan tersebut. Gw juga ga suka dengan
orang yang berkomentar sinis baik terhadap the Jakmania maupun Viking. Mereka
itu tidak tau apa2, bisanya cuma menghakimi aja. Ada hak apa mereka menghujat?
Liat dulu kisahnya baru mereka akan berpikir dan bantu mencarikan solusi.
Klo lu tanya
ke gw, masih ada ga kemungkinan damai? Jawabanya ‘bomat” alias bodo amat.
Ngapain mikirin? Bagi gw damai tu bukan kata benda, tapi kata kerja. Jadi ga
usah banyak ngomong, yang penting buktiin. Lebih baik mikirin KOMITMEN masing2
aja, lebih cinta mana kita sama PERSIB atau sama PERMUSUHAN DENGAN THE JAKMANIA
SUMBER : http://susahbanget.wordpress.com/2009/11/21/awal-mula-permusuhan-the-jak-dan-viking/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar