OBAMA vs ROMNEY
Aborsi, imigrasi dan hak
kaum homoseksual. Tema-tema itu tidak tentukan hasil pemilu, tetapi sebabkan
polarisasi pemilih. Politik mana yang diwakili Barack Obama dan penantangnya
Mitt Romney? Dan sejak kapan?
Dulu, bagi Mitt Romney tidak
penting, apakah seorang rekannya di perusahaan Bain Capital homoseksual atau
tidak. Yang penting hasil kerjanya. Ketika berkampanye untuk menjadi gubernur
di negara bagian Massachusetts yang liberal, ia menyatakan dalam sebuah acara
debat, ia akan mempertahankan undang-undang yang menetapkan hak perempuan untuk
memutuskan aborsi.
Sekarang, Romney jadi
berhaluan kanan. Ia mendefinisikan pernikahan sebagai "hubungan antara
seorang pria dan seorang perempuan", dan menuntut penambahan menyangkut
hal itu dalam konstitusi AS. Ia sekarang juga menentang aborsi. Ia ingin, agar
keputusan mahkamah tertinggi dari tahun 1973, dalam kasus antara Roe lawan
Wade, yang menjamin hak perempuan untuk memutuskan aborsi, dicabut oleh
pengadilan yang sama.
Mitt Romney
Pernikahan homoseksual
dan aborsi termasuk banyak tema, di mana Romney, yang jadi calon presiden,
berbeda pandangan dengan Romney, yang menjadi gubernur Massachusetts.
"Tampaknya ia tidak punya nilai-nilai dasar atau posisi yang diwakilinya
secara berkala," kata pakar politik Thomas Mann dalam wawancara dengan
Deutsche Welle. Pakar dari tangki pemikir Brookings Instituts di Washington DC
itu juga menekankan, bahwa Romney butuh dukungan Partai Republik, jika ia ingin
dipilih menjadi presiden. Jadi setelah pemilu pun, ia tidak dapat kembali ke
posisi sebelumnya yang liberal, karena "ia akan kehilangan dukungan
sepenuhnya, di partai manapun."
Aborsi dan Pernikahan
Homoseksual
Presiden Obama baru-baru
ini juga mengubah pandangannya tentang pernikahan homoseksual. Tanggal 9 Mei
2012 ia menyatakan dalam sebuah wawancara televisi, ia sadar, bahwa
"pernikahan homoseksual harus diijinkan." Dengan demikian ia
mengikuti tren yang berlaku di AS. Sepuluh tahun lalu, sebagian besar rakyat AS
menentang, jika pasangan homoseksual mendapat hak-hak sama seperti pasangan
heteroseksual. Sekarang, jumlah orang yang menentang sangat berkurang. Terutama
pendukung Partai Demokrat, pemilih independen dan kaum muda menyokong pandangan
liberal tersebut.
Gedung Putih, gambar
simbol pemilu presiden
Berkaitan dengan aborsi,
AS juga terpecah-belah. Tetapi tren bergerak ke menjauh dari pandangan liberal.
Tema ini lebih bersifat emosional daripada masalah pernikahan homoseksual, dan
dalam beberapa tahun terakhir para penentang aborsi berhasil meyakinkan
sebagian besar warga AS. Namun Presiden Obama sejak dulu secara konsekuen
mendukung hak perempuan untuk memutuskan aborsi, dan adanya proses legal untuk
aborsi.
Politik Imigrasi
Dalam politik imigrasi,
Mitt Romney dan Barack Obama juga berselisih pandang, tetapi memiliki persamaan
pula. Presiden Obama menghendaki reformasi undang-undang imigrasi. Ia ingin memberikan
kesempatan bagi sekitar 11 juta imigran ilegal di AS untuk memperoleh status
legal. Partai Republik memblokir apa yang disebut "DREAM Act", sebuah
usulan udang-undang, yang menetapkan imigran ilegal bisa mendapat ijin tinggal
resmi jika memenuhi persyaratan tertentu. Misalnya, jika imigran itu dibawa ke
AS ketika masih di bawah usia dewasa, menyelesaikan sekolah menengah atas, ikut
wajib militer selama dua tahun atau punya ijazah universitas.
Paul Ryan, calon wakil
presiden dari Partai Republik
Karena Obama tidak
berhasil meloloskan "DREAM Act", ia menetapkan lewat dekrit
penghentian deportasi bagi imigran ilegal berusia muda. Kriterianya sama
seperti pada usulan undang-undang itu, tetapi terbatas dari segi waktu. Bagi
jutaan warga muda ini berarti mereka masih bisa berada di negara, di mana
mereka besar, untuk sementara waktu. Karena di lain pihak, kantor imigrasi di
bawah Presiden Obama melaksanakan undang-undang dengan sangat ketat. Jumlah
deportasi meningkat secara signifikan. Setiap tahun jumlahnya mencapai 400.000
kasus, jadi sektiar 30% lebih tinggi dari di masa jabatan kedua Presiden George
W. Bush.
Calon presiden Mitt
Romney juga ingin mereformasi undang-undang imigrasi, dan mengkritik Obama,
karena Obama tidak melakukannya selama ini. Tetapi Romney menolak amnesti. Baik
Obama maupun Romney tidak ingin memecah-belah keluarga. Keduanya juga ingin
memudahkan mahasiswa dan tenaga kerja asing yang berkualifikasi tinggi untuk
mendapat ijin tinggal di AS. Paul Ryan, yang akan menjadi wakil presiden jika
Romney menang, menolak DREAM Act di Kongres. Ia juga ingin mendirikan pagar
berteknologi tinggi di sepanjang perbatasan antara AS dan Meksiko.
Dampak Jangka Panjang
Barack Obama
Di antara tiga tema-tema
sosial tersebut, debat soal imigrasi adalah tema terpenting, karena jumlah
warga keturunan Amerika Latin semakin bertambah. Demikian dikatakan pakar
politik Thomas Mann. "Dan masalah politik imigrasi bagi kelompok ini punya
nilai simbolis yang tinggi, meskipun banyak dari mereka tidak langsung terkait,"
ujar Mann sambil menambahkan, "Bergeraknya Partai Republik ke haluan kanan
sejak Presiden George W. Bush memungkinan Partai Demokrat mendapat lebih banyak
suara dari kelompok masyarakat ini."
Dalam pemilihan presiden
kali ini, aborsi, politik imigrasi dan pernikahan homoseksual tidak selalu
menjadi fokus tim kampanye kedua belah pihak. Yang paling penting, seperti
biasa, politik ekonomi. Tetapi, untuk jangka panjang pandangan kedua partai
terutama menyangkut imigrasi dan pernikahan homoseksual bisa menjadi penting,
ujar Mann. Ia menambahkan, "Jika Partai Republik membiarkan dukungan dari
kelompok keturunan Amerika Latin semakin kecil, dan jika pemilih berusia muda
mendukung Partai Demokrat, situasi bisa menjadi sangat sulit bagi Partai Republik."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar